Pengaruh Campuran Bioaditif Serai Wangi Pada Bensin RON 90 Terhadap Prestasi Mesin Dan Penghematan Bahan Bakar Sepeda Motor
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Citronella is a variety of bioadditives that are easily soluble and evaporate into fuel. The use of Bioadditives in fuel aims to improve engine performance and fuel economy. The method used in this research is an experiment with RON 90 Gasoline samples, and a mixture of Citronella Bioadditives with a ratio of S1-1.5%, S2-2.0%, S3-2.5%, S4-3.0%, and S5-3.5%. Engine performance testing using Sportdevice Dyno and impacted engine performance increased by 3.11% on the S4-3.0% type, and maximum torque increase reached 2.03% on the S2-2.0% ratio. The fuel economy test based on the distance traveled with 1000 ml of fuel volume per sample at an average speed of 40-60 km/h was able to achieve a savings of 20.93% on the S5-3.5% sample with a distance of 69.9 Km/l. This is different from RON 90 gasoline without citronella mixture can only be traveled as far as 57.8 km / l.
Serai Wangi merupakan ragam bioaditif yang bersifat mudah larut dan menguap ke dalam bahan bakar. Pemakaian Bioaditif dalam bahan bakar bertujuan untuk meningkatkan performa mesin dan penghematan bahan bakar. Metode yang dipakai dalam riset ini adalah eksperimen dengan sampel Bensin RON 90, dan campuran Bioaditif Serai Wangi dengan rasio S1-1,5%, S2-2,0%, S3-2,5%, S4-3,0%, dan S5-3,5%. Pengujian performa mesin mengunakan Sportdevice Dyno dan memberi dampak prestasi mesin meningkat sebesar 3,11 % pada jenis S4-3,0%, dan kenaikan torsi maksimum mencapai 2,03 % pada rasio S2-2,0%. Uji Penghematan bahan bakar berdasarkan jarak yang ditempuh dengan 1000 ml volume bahan bakar setiap sampel pada kecepatan rata-rata 40-60 km/jam mampu meraih penghematan sebesar 20,93% pada sampel S5-3.5% dengan jarak tempuh sejauh 69,9 Km/l. Hal ini berbeda dibandingkan dengan bensin RON 90 tanpa campuran serai wangi hanya mampu ditempuh sejauh 57,8 Km/l.
##plugins.themes.academic_pro.article.details##
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
References
[2] Y. Hutabalian, Sutanto, and R. Anggaraini, “Formula Aditif Berbasis Minyak Atsiri Pada Bensin Ron 88,” pp. 1–12, 2013.
[3] T. Septiadi and M. S. Rusli, “Formulasi minyak sereh wangi dan minyak cengkeh sebagai bioaditif untuk meningkatkan kinerja bahan bakar solar tessa septiadi,” 2017.
[4] A. Widi and P. N. Nalindra, “Peningkatan Kadar Geraniol Dalam Minyak Sereh Wangi dan Aplikasinya Sebagai Bio Additive Gasoline,” Jurnal Bahan Alam Terbarukan, vol. 4, no. 1, pp. 14–20, 2015, doi: 10.15294/jbat.v4i1.3769.
[5] A. H. Dwi, S Dwi Anggtyani, B. Hendro, A. Khoirunnisa, P. Isti, and S. Fariza, “Formulasi Bioaditif Super ‘Ron Booster’ Pada Bahan Bakar Minyak melalui Ekstraksi Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil) Menggunakan Gelombang Mikro,” Prosiding SNST ke-5 Tahun 2014, pp. 121–124, 2014, [Online]. Available: https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST_FT/issue/view/99
[6] M. Nasir, L. Syaifullah, and N. Hidayat, “The Effect of Mixing Pertalite Fuel Oil With Citronella Oil Additives on Fuel Consumption and Exhaust Emissions,” Jurnal Teknologi dan Pendidikan Vokasi Indonesia, vol. 1, no. Vol. 1 No. 1 (2023): JTPVI: Jurnal Teknologi dan Pendidikan Vokasi Indonesia, pp. 7–14, Jan. 2023, doi: 10.24036/jtpvi.v1i1.2.
[7] B. U. Wisesa and D. Dahlan, “Pengembangan Bioaditif Serai Wangi Pada Bahan Bakar Bensin Terhadap Performa Mesin Dan Emisi Gas Buang Sepeda Motor,” Teknobiz : Jurnal Ilmiah Program Studi Magister Teknik Mesin, vol. 10, no. 2, pp. 29–35, Jul. 2020, doi: 10.35814/TEKNOBIZ.V10I2.1486.
[8] A. Kadarohman, “Eksplorasi Minyak Atsiri Sebagai Bioaditif Bahan Bakar Solar,” Jurnal Pengajaran MIPA, 2009.
[9] Y. Meri, M. R. Sari, and E. R. Amaliah, “Pengaruh Perbandingan Campuran Pelarut N-Heksana- Etanol Terhadap Kandungan Sitronelal Hasil Ekstraksi Serai Wangi (Cymbopogon Nardus),” Jurnal Integrasi Proses, vol. 5, no. 1, pp. 8–14, 2014.
[10] D. P. Turunannya, Q. Vadis, A. Sulaswatty, M. Syahbana, R. Haznan, and A. S. Tursiloadi, “Minyak Serai Wangi.”
[11] E. Guenther, Minyak Atsiri, Jilid IIIA. Jakarta: UI Press, 1995.
[12] J. D. Halderman and J. Linder, Automotive Fuel Control System And Emission, 3rd ed. New Jersey: Prentice Hall, 2012.
[13] R. Stone and J. K. Ball, Automotive Engineering Fundamentals. United States, 2004. doi: 10.4271/R-199.
[14] Buntarto, Teknik Mengemudi Mobil Hemat Bahan Bakar. Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014.
[15] MyPertamina, “Pertalite,” 2021. https://mypertamina.id/pertalite (accessed May 28, 2023).
[16] F. R.F, Internal Combustion Engine : Appied Thermodynamics. New York: John Wiley & Sons, 1986.
[17] W. B. Ariawan, I. G. B. W. Kusuma, and I. W. B. Adnyana, “Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Pertalite Terhadap Unjuk Kerja Daya , Torsi dan Konsumsi Bahan Bakar pada Sepeda Motor Bertransmisi Otomatis,” Jurnal Mattek, vol. 2, no. 1, pp. 51–58, 2016.
[18] J. B. Heywood, Internal Combustion Engine Fundamentals, vol. 21. 1988.
[19] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. 2016. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.